Selasa, 15 Februari 2011

RIWAYAT SINGKAT PERKEMBANGAN PERGURUAN ISLAM AL-KHAIRIYAH


1.       PENDAHULUAN
a.       Perguruan islam Al-khairiyah didirikan oleh Al Mukarrom K.H. Syam’un bin H. Al-wiyan bertempat di kampung Citangkil, Desa warnasari, kecamatan pulo merak, kewadanan Cilegon, Kabupaten Serang, Propinsi Jawa Barat. Perguruan tersebut didirikan dalam dua tahap, yaitu:
-  tahap pertama dengan system pesantren ( tradisional ),
- tahap kedua dengan system madrasah ( klasikal ).

b.      Pendiri perguruan islam Al-Khairiyah
·         K.H.Syam’un dilahirkan pada tanggal 05 April 1894 oleh seorang Ibu yang bernama Hj. Hajar, dan ayahnya yang bernama H. Alwiyan yang bertempat di Kp. Beji desa Bojonegara, Kecamatan Bojonegara, Cilegon, Kabupaten Serang, Keresidenan Banten, Propinsi Jawa Barat. Kakak beliau bernama K.H. Wasyid, seorang pemimpin perjuangan melawan pemerintah colonial Belanda di Cilegon pada bulan Juli, tahun 1888.
·         Pada tahun 1898 – 1900, beliau memasuki pesantren Delingseng dibawah asuhan K.H. Sa’I di kampung Delingseng, Desa Kebon sari, Kecamatan Pulomerak. Pada tahun 1901-1904 Beliau memasuki pesantren Kamasan di bawah asuhan K.H. Jasim di Kampung Kamasan, Desa Kamasan, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang. Pada tahun 1905-1910, beliau melanjutan Study ke Mekkah, dan pada tahun 1910-1915 beliau melanjutkan study Di AL- AZHAR UNIVERSITY, kairo mesir.
·         Pada tahun 1916-1963, beliau membina dan memimpin pesantren Citangkil yang kemudian di tingkatkan menjadi Madrasah yang kita kenal hingga saat ini.

Pada tahun 1943-1948 belliau menjadi tentara pembela Tanah Air ( DAI DANCO PETA ) di serang pada saat pendudukan tentara jepang.

Pada Tahun 1945-1948 beliau diangkat menjadi panglima Divisi Banten  dengan pangkat kolonel merangkap menjadi Bupati Kabupaten  Serang .
Pada Tahun 1948, tepatnya tanggal 23 desember 1948,hari kamis tentara belanda menyerbu daerah Banten, Pada saat itu beliau ditawan oleh tentara belanda, tetapi pada malam harinya beliau dapat meloloskan diri. Dan keesokan harinya menggabungkan diri dengan Markas Gerilya sector I wilayah gunungsari. Kemudian beliau memimpin perang Gerilya bersama pemimpin-pemimpin lainnya, tepat pada hari senin jam 09.00 WIB,tanggal 28 februari 1949 beliau meninggal dunia ditengah hutan cacaban kampung Kamasan desa kamasan, kecamatan cinangka. Pada hari itu juga beliau dikebumikan di pemakaman umum kampung kamasan.
2.       PEMBINAAN PESANTREN
a.       Setelah beliau kembali dari mekah dan mesir, yaitu pada tahun 1916, beliau mulai mendirikan pesantren di tempat tinggal orang tuanya di Citangkil. Bentuk Lembaga Pesantren ini berlangsung hingga tahun 1923.
b.      Para santri (siswa) yang belajar yang belajar di pesantren itu berasal dari desa warnasari dan sekitarnya. Tetapi selanjutnya banyak sekali santri-santri yang berasal dari luar kabupaten serang, bahkan dari berbagai provinsi di luar Jawa Barat.
c.       Dari para santrinya, lulusan pertama adalah:
1.       K.H. Ahmad
2.       K.H. Ali Jaya
3.       K.H. Muhammad
4.       K.H. Moh. Nur
5.       K.H.Moh. Zein
6.       K.H. Moh. Sadeli
7.       K.H. Ismail
8.       K.H.Karna
9.       K.Rosyidin
10.   K.Arifuddin
11.   K.H.Asy’ari
12.   K.H.Rafe’i
13.   K.M.sufi
14.   K.H.Halimi
15.   K.H.Abdul Jali
Para lulusan pesantren yang di;impin oleh K.H.Syam’un, sebagaimana tersebut diatas adalah hasi produk periode 1916-1925. Mereka berbai’at (berjanji) akan berjuang untuk melanjutkan cita-cita K.H.Syam’un dan mengembangkan pendidikan-pendidikan islam, dan sampai saat ini tampaklah madrasah-madrasah dengan nama Perguruan islam Al-Khairiyah yang menyebar ke berbagai daerah di dalam dan diluar kabupaten Serang.

Antara tahun 1923-1925, K.H.Syam’un kembali ke mekah untuk menunaikan ibadah haji kembali dan mengajar di masjidil haram. Sementara itu para santri beliau kembali ke asalnya masing-masing sambil mengembangkan ilmu-ilmu mereka.

3.       PEMBINAAN PESANTREN
a.       Setelah beliau kembali dari makah (1925), beliau membuka kembali pesantrennya di Citangkil, akan tetapi kali ini sistemnya berubah, yaitu dari system pesantren (tradisional) menjadi Madrasah (klasikal) mengikuti model pendidikan yang pernah di alaminya di Al- Azhar University, Mesir.
b.      Pada tanggal 5 mei 1925 beliau mulai merubah system pesantren menjadi madrasah yang diberi nama Madrasah Al-Khairiyah. Nama tersebut diambil dari  nama sebuah bendungan (Al-Khairiyah) di sungai Nil Mesir.
Pengambilan nama tersebut diharapkan akan menambah semangat juang beliau dalam Dunia Pendidikan dan membawa manfaat yang sangat besar bagi masyarakat, agama dan Negara.sebagaimana bendungan tersebut member manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat Mesir.
Dengan sistem pendidikan inilah, maka pendidikan yang dipimpin oleh beliau menjadi setaraf  dan seimbang dengan sekolah-sekolah umum pada wakktu itu. Dalam system ini beliau menetapkan peraturan-peratuuran antara lain:
1.       Jangka waktu / masa belajar 9 tahun dengan pembagian kelas sebagai berikut:
a.       Kelas nol ( Awaliyah )     = 1 tahun
b.      Kelas ½  ( Tahdiriyah )    = 1 tahun
c.       Kelas 1                           = 1 tahun
d.      Kelas II                           = 1 tahun
e.      Kelas III                          = 1 tahun
f.        Kelas IV                          = 1 tahun
g.       Kelas V                           = 1 tahun
h.      Kelas VI                          = 1 tahun
i.         Kelas VII                        = 1 tahun
2.       Calon Siswa yang dapat di terima menjadi Siswa Madrasah Al-Khairiyah Ibtidaiyah adalah anak laki-laki. Dan perempuan yang telah berusia 7 tahun untuk kelas 0, sehingga di harapkan pada usia 16 tahun sudah dapat menamatkan study mereka di kelas VII. Dengan demikian cukup memadai untuk melanjutkan pelajaran di perguruan yang lebih tinggi.
3.       Sebagian besar mata pelajaran berupa pelajarannya berupa pelajaran Agama islam dan sebagian kecil Pengetahuan Umum.

4.PENGORGANISASIAN
          
a.       Untuk Pembiayaan madrasah yang mulai berkembang dengan pesatnya, pada tahun 1927 didirikanlah sebuah koperasi dengan nama “Koperasi Bumi Putera Citangkil” yang diketuai oleh K.H. Abdul Aziz (Pensiunan Kepala Kantor Kecamatan Cilegion).
b.      Untuk mengelola Madrasah lebih baik lagi, baik mengenai Madrasah yang ada di Citangkil sendiri sebagai maadrasah induk, maupun madrasah yang ada diluar Citangkil sebagai cabang-cabangnya, yang mulai dari tahun 1929 telah mulai bermunculan beberapa madrasah ibtidaiyah sebagai Cabang dari Madrasah Citangkil antara lain:
1.       Madrasah Ibtidaiyah di kampung Delingseng, Desa Kebonsar Kecamatan Pulo merak, Serang.
2.       Madrasah Ibtidaiyah di Kamasan, Kec. Cinangka, serang.
3.       Madrasah Ibtidaiyah di Kampung Kalumpang, Desa Rancaranji, Kec. Padarincang Serang.
4.       Madrasah Ibtidaiyah di Kampung Pipitan, Desa Kiara, Kec. Walantaka, Serang.

    Maka pada tanggal 21 Juni 1931 didirikan suaatu organisasi dengan nama: ”JAM’IYAH NAHDLOTUSY SYUBBANIL MUSLIMIN” (Perkumpulan Kebangkitan Pemuda Islam) bertempat di Citangkil.



V. PENGKADERAN
Siswa- siswa lulusan Al-khairiyah Citangkil kelas VII, merupakan kader-kader pengurus dan pengembang al-khairiyah yang jumlahnya cukup banyak, dan mereka itu sebahagian menjadi guru baru di Al-khairiyah pusat Citangkil, sedangkan yang lainnya mendirikan madrasah- madrasah di daerahnya masing-masing sebagai madrasah cabang. Pada tahun 1933jumlah madrasah cabang Al-khairiyah telah nencapai angka 15 madrasah cabang, yang kesemuanya itu di bawah pengelolaan / naungan organisasi JAM’IYAH NAHDLOTUSY SYUBBANIL MUSLIMIN.
Untuk  mempersiapkan kader yang berpendidikan akademis, maka pada tahun 1933 KH.Syam’un berangkat ke mesir mengantarkan dua orang pemuda lulusan Al-khairiyah Citangkil untuk melanjutkan pendidikan di Al- Azhar University yaitu:
- Abdul fatah hasan,
- Muhammad sadeli hasan.
Keduanya adalah kaka beradik dari Desa dan Kecamatan Bojonegara Kabupaten Serang.

VI. PERKEMBANGAN SELANJUTNYA
a.       Tahun 1934 struktur madrasah Al-Khairiyah Citangkil sebagai Madrasah pusat diadakan perubahan dari struktur yang lama :
1.       Madrasah Ibtidaiyah ( sekolah dasar ) dengan masa belajar 6 (enam) Tahun.
2.       Madrasah Tsanawiyah ( SLTP ) dengan masa belajar 3 Tahun.
3.       Madrasah Mu’alimin dengan masa belajar 2 Tahun.
b.      Tahun 1936 Di Madrasah Al-Khairiyah Pusat Di Citangkil Didirikan sekolah umum dengan nama HIS ( Holandch Inlanch School ) dengan masa belajar 3 tahun dengan guru-gurunya sebagai berikut:
1.       Meneer Chusnun Achyar, Gerogol Pulomerak.
2.       Moneer Idris, siswa Al-khairiyah Citangkil berasal dari bandung.
3.       Meneer Abdurrahman, siswa Al-khairiyah berasal dari kupang Toba Bandung.
4.       Meneer Sahdi, Siswa Al-khairiyah citangkil berasal dari Cianjur.
5.       Meneer Asyikin, Hamim, siswa Al-khairiyah Citangkil berasal dari kupang Toba Tanjung Karang Lampung.
6.       Meneer Syahsiam, Siswa Al-khairiyah Citangkil beraal dari cianjur.
c.        Tahun 1940, dua siswa Al-khairiyah yang melanjutkan pelajarannya di Mesir tersebut di atas ( Abdul Fatah hasan dan M.Syadeli Hasan ) tiba kembali di tanah air. Mereka telah selesai dari perkuliahannya dengan lulus dan berijazah yaitu:
1.       Abdul Fatah Hasan lulusan dari Al-Azhar University.
2.       M.Syadeli Hasan disamping lulus dari Al-azhar University, ia juga lulus dari Darul ulum University.
Mereka kemudian mengajar di Al-khairiyah citangkil pada tingkat Tsanawiyah dan Mu’alimin.



VII. MASA PERANG DUNIA KE II
a.       Tahun 1942 (2602) jjepang merebut dan menduduki Pulau Jawa umumnya dan Banten pada khususnya termasuk di dalamnya daerah citangkil. Penduduk Jepang tersebut membawa perubahan-perubahan sebgai akibat atau resiko dari keadaan perang pada waktu itu, baik dalam bidang Ekonomi, Sosial, Politik maupun yang lainnya.
b.      Dalam masa pendudukan Jepang ini Madrasah Al-khairiyah Pusat Citangkil ( juga mungkin yang lainnya ) mengalami beberapa kesulitan, antara lain: ekonomi, transportasi, komunikasi dan lain-lain.
c.       Dengan pertimbangan antara lain:
-          Jepang tidak akan lama berkuasa di Indonesia ( menurut ramalan hanya seumur jagung )
-          Perhitungan politis; sesudah perang dunia ke II maka terbuka lebar jalan menuju Indonesia Merdeka.
-          Untuk tercapainya Indonesia Merdeka di butuhkan perjuangan yang gigih dari segala segi, terutama perjuangan fisik.
-          Jepang membutuhkan tenaga Bangsa Indonesia untuk melawan sekutu dalam melanjutkan perangnya. Oleh karenanya jepang memberikan kesempatan kepada Bangsa Indonesia untuk memasuki Militer Jepang dengan nama “Hei Hoo” atau tentara sukarela dengan nama pembela tanah air ( PETA ).

d.      Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka pada tahun 1943-1945 Bapak KH. Syam’un beserta sebahagian anak muridnya memasuki PETA dan dilatih oleh jepang di Bogor. Selesai latihan, beliau pulang dan membentuk PETA di serang dan beliau sebagai pimpinananya dengan sebutan “Dai Dan Choo” dengan pangkat colonel.
e.      Mulai tahun 1943 itu, kepemimpinan madrasah Al-khairiyah Citangkil di percayakan kepada Ustd. Syibromelisi Awi, salah seorang anak didiknya.



VIII.MASA REVOLUSI / KEMERDEKAAN 1945-1950
a.       Semenjak terbentuknya BKR ( Badan Keamanan Rakyat ) yang kemudian diganti menjadi TKR ( Tentara Keamanan Rakyat ) Divisi 1000/Banten, dan kemudian di rubah lagi menjadai TNI ( Tentara Nasional Indonesia ).
b.      Tanggal 23 Desember 1948 hari Kamis siang, Belanda masuk dan menduduki Kota Serang,  beliau di tawan di gedung kabupaten Serang, pada malam harinya ( malam jum’at ) setelah sembahyang magrib, kemudian beliau dapat meloloskan diri dan bersembunyi di salah satu rumah di Serang. Pada pagi harinya beliau meninggalkan kota Serang menuju ke Gunung sari.
c.       Hari Senin tanggal 28 februari 1948/ 1 jumadilawal 1368 pada jam 09:00 beliau meninggal dunia dikarenakan penyakit yang dideritanya. Ditengah-tengan bergerilya di bukit Cacaban di DesaKamasan, Kecamatan Cinangka Serang. Dan dikebumikan di tempat itu juga.
d.      Pada waktu beliau meninggal dunia Madrasah – Madrasah Cabang Al-khairiyah sudah mencapai 81 Madrasah cabang.

IX. MASA KEMERDEKAAN PENUH ( SETELAH PENYERAHAN KEDAULATAN ).
a.       Perubahan Jam’iyah Nadhlatus  Syubbanil Muslimin  menjadi “Perguruan Islam Al-khairiyah”
Tahun 1951 Jam’iyah Nadhlatus  Syubbanil Muslimin  dirubah menjadi “PERGURUAN ISLAM AL-KHAIRIYAH” yang berpusat di Citangkil. Perubahan ini dilakukan karena sebagian pengurus banyak yang telah meninggal dunia. Sedangkan sebagian lagi menjadi pejabat pemerintahan, ada yang di ketentaraan, pamongpraja dan lain-lain.
Periode pertama Pengurus Perguruan Islam Al-khairiyah terdiri dari:
1.       Ketua                    :Ustd. Marisa, guru al-khairiyah Citangkil.
2.       Wk. Ketua           :Abdullah ahmad, Guru Al-khairiyah Citangkil.
3.       Sekretaris            : S. misbach, Guru Al-khairiyah Citangkil.
4.       Wk Sekretaris    : Muslih Sakim, Guru SD Kerenceng Pulo Merak
5.       Bendahara          : Muhammad Isa, Guru Al-khairiyah Citangkil.
6.       Pembantu           : Ustd. Muslim dan Moh. Sidik, guru Al-khairiyah Citangkil.
7.       Bag. Pendidikan                : Ustd. Sybromelisi dan Ustd. Abu Bakar, Guru Al-khairiyah Citangkil.
8.       Sek. Pendidikan                : Sayuni, Siswa Al-khairiyah Citangkil.
9.       Pemb. Sie.Pendidikan    : Ustd. Sahim, Guru Al-kairiyah Citangkil.
10.   Bag. Pemangunan           : Sarmidi, Tokoh Masyarakat Citangkil.
11.   Sek. Pembangunan         : Moh. Syadeli, tokoh masyarakat Citangkil.
12.   Bend. Bangunan               : H.siradj,

Selasa, 01 Februari 2011

STIKOM AL - KHAIRIYAH


STIKOM AL-KHAIRIYAH CITANGKIL CILEGON
Merupakan suatu ajeng pendidikan perguruan tinggi yang berdiri dalam upaya untuk membentuk kader-kader yang berpotensi IMTAQ dan IMTEK dalam bidang ilmu Tekhnik komputer.
     Stikom Al-kahairiyah citangkil cilegon ini adalah suatu perguruan tinggi yang memang sangatlah menjadi suatu harapan masyarakat cilegon..??Karena kota cilegon adalah merupakan suatu kota yang dimana terdapat banyak sekali pabrik-pabrik yang beroperasi lebih cenderung didalam bidang ilmu komputer.
            Seperti salah satunya pabrik PT.KS (Krakatau SteL), merupakan pabrik baja yang terbesar se asia yang berdiri di kota cilegon, yang tidak jauh segala system operasional yang di gunakannya adalah computer.